Anakalang, Kuburan Megalitikum di Sumba

anakalang 1

Pulau Sumba adalah sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Luas wilayahnya 10.710 km², dan titik tertingginya Gunung Wanggameti (1.225 m). Di pulau ini  terdapat sebuah peninggalan megalitikum yang terkenal bernama  Anakalang. Benda peninggalan yang paling populer dari peninggalan Anakalang adalah kapak segiempat dan pemakaman purbakala. Seluruh bangunan pemakaman tersebut bentuknya besar dan mengandung pahatan-pahatan unik. Dahulunya ratu “Purung Takadonga” tinggal dan memerintah masyarakat Anakalang.

Secara geografis Anakalang terletak di sebuah lembah, 20 kilometer jauhnya dari Waikabubak Timur dan berdekatan dengan jalan utama Waingapu. Di daerah tersebut akan banyak dijumpai pemakaman yang tersebar di sekeliling desa yang saat ini dinamakan Distrik Anakalang. Distrik Anakalang menyimpan peninggalan bangunan tua megalitikum yang besar di Sumba, dan salah satu yang terbesar ada di Jalan Pasunga.

Hingga saat ini belum diketahui berapa tua usia situs purbakala bangunan ini, beberapa upaya dilakukan dengan mendeteksi usia berdasarkan kandungan radiokarbon pada bangunan. Batu tulis dan kapak segiempat yang ditemukan di situs ini ditaksir telah ada sejak zaman post-neolitikum bukan neolitikum. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya benda terbuat dari besi di bangunan ini. Tradisi pembangunan makam megalitik hingga saat ini tetap berjalan di belahan barat Sumba. Tapi, hanya di Anakalang lah praktik ritual dan metode tradisional pembangunan makam masih dapat terlihat. Beberapa raja pernah memerintah di Anakalang, di antaranya Umbu Dongu Ubini Mesa pada tahun 1880, dilanjutkan oleh Umbu Sapi Pateduk pada tahun 1927, yang ketiga adalah Umbu Remu Samapati dan diteruskan oleh adik iparnya Umbu Sulung Ibilona.

Anakalang 2

Makam kuno di situs Anakalang berbeda-beda dari segi ukuran, lama pembuatan, dan peletakkan.  Makam yang berada di Desa Kampung terdapat batu nisan yang bertuliskan tahun 1926 memakan waktu selama enam bulan penyelesaian. Proses penguburannya pun mengorbankan 150 ekor sapi dan tanduk-tanduknya disimpan di perumahan warga makam lainnya yang terletak di Desa Koboduk sekitar 2,5 kilometer dari makam di Kampung. Makam ini bahannya terbuat dari beton dan ubin. Makam ini juga merupakan makam terbesar di Samba. Lainnya lagi, bernama makam Umba Saola, dibuat dari batu yang dipahat yang membutuhkan waktu sekitar enam tahun penyelesaian. Makam tersebut luasnya 4 x 5 meter dan ketebalan 1 meter, dengan berat 70 ton. Batu ini diambil dari lereng bukit sekitar dalam jarak tiga kilometer dari wilayah Anakalang. Di sisi timur wilayah Anakalang juga terdapat banyak makam yang dipersembahkan untuk para raja dan ratu daerah kecil dengan ukiran kerbau dan ayam jantan.

Namun, seiring perjalanan waktu tradisi budaya ini mulai bergeser dari kuburan batu potong asli ke model kuburan beton. Hal ini disebabkan karena bahan pembuatan batu kubur mudah diperoleh, seperti semen, besi, beton dan pasir. Selain itu secara ekonomis kuburan beton lebih ringan daripada menggunakan batu potong asli. Dewasa ini, pemerintah telah mengambil kebijakan melakukan penataan dan promosi aset wisata Sumba, termasuk untuk batu kubur, kepada wisatawan nasional maupun mancanegara agar sebanyak mungkin mengunjungi Pulau Sumba, khususnya Kabupaten Sumba Barat.

 

 

 

Maros dan Pangkep, Gua Dengan Lukisan Tertua di Dunia

Mungkin banyak di antara Anda tidak mengetahui bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau terbanyak di dunia yang tersebar dalam 34 provinsi, ternyata juga memiliki kawasan karst yang indah. Salah satunya bahkan merupakan karst terbesar di dunia setelah Cina, yaitu kawasan karst Maros-Pangkep.

Maros 1

Kawasan pegunungan karst ini membentang di wilayah kabupaten Maros dan kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, dengan luas sekitar 40 ribu hektar. Keunikan karst Maros-Pangkep terletak pada bentuknya yang seperti menara yang berdiri sendiri maupun berkelompok membentuk gugusan pegunungan batu gamping yang menjulang tinggi. Para geologiwan menggolongkan batuan penyusun kawasan karst ini pada Formasi Tonasa yang berumur antara Eosen sampai Miosen Akhir. Pembentukannya sebagai akibat aktivitas air pada areal batu gamping, sehingga terjadi pelarutan dan membentuk bentang alam karst yang khas. Di samping itu, di beberapa tempat hadir juga batuan beku yang mengintrusi batu gamping yang menyebabkan terjadinya proses metamorfosis menjadi marmer. Proses intrusi ini antara lain dijumpai di daerah Bungoro (Kabupaten Pangkep dan Leangleang) Kabupaten Maros.

Gua-gua yang terletak di kawasan karst ini juga menyimpan kekayaan arkeologi yang tak ternilai harganya. Di antara ratusan gua itu terdapat beberapa yang merupakan situs peninggalan prasejarah. Di sana ditemukan sisa-sisa peninggalan manusia prasejarah seperti gerabah, perkakas dari batu, mata panah, cangkang kerang bahkan di dinding-dinding gua itu terdapat lukisan-lukisan prasejarah yang merupakan karya seni yang langka. Sebanyak 30 gua dari 268 mulut gua telah diidentifikasi secara lengkap oleh Bappeda dan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sulawesi Selatan. Gua-gua tersebut rata-rata memiliki stalaktit dan stalagmit yang indah. Sebagian dari gua yang ditemukan, ternyata merupakan habitat kelelawar. Gua-gua tersebut membentuk lorong yang menakjubkan dan sebagian berfungsi sebagai sungai bawah tanah dengan debit aliran sangat besar. Salah satunya keluar sebagai sungai dan air terjun Bantimurung. Hingga kini, gua terdalam dan terpanjang di Indonesia pun ditemukan di kawasan karst Maros-Pangkep. Gua terdalam berbentuk sumur tunggal dengan kedalaman 260 m ditemukan di Leang Leaputte, sedangkan gua terpanjang diperkirakan mencapai 27 km ditemukan pada sistem Gua Salukkan Kallang.

Maros 2

Hal lain yang unik dari gua ini adalah ditemukannya lukisan tertua di dunia dan diperkirakan umur pembuatannya mencapai 35.000 – 39.900 tahun yang lalu, yaitu pada masa periode Pleistosin (Pleistocene). Lukisan di beberapa dinding gua di Maros, Pangkep, Sulawesi Selatan sudah ditemukan sejak sekitar 10 tahun lalu. Namun ilmuwan dan para peneliti baru merilisnya pada tahun 2014. Pusat Arkeologi Nasional menjelaskan hasil penelitian gabungan antara peneliti Indonesia dan Australia di Maros ini memberikan implikasi sangat besar terhadap pemahaman evolusi manusia. Terutama yang berkaitan dengan pola perilaku manusia di masa lalu itu. Proyek penelitian ini diisi oleh sejumlah arkeolog Australia dan Indonesia yang memiliki portofolio riset gabungan selama puluhan tahun, dan juga diikuti oleh Profesor Mike Morwood dari Pusat Ilmu Pengetahuan Arkeologis University of Wollongong (UOW) Australia, di mana banyak dari anggota tim ilmuwan ini berasal. Hasil pertanggalan terhadap “lukisan dinding gua” pada situs-situs arkeologi di Maros, Sulawesi Selatan, menunjukkan umur yang tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan di Eropa, yaitu minimal sekitar 40 ribu tahun yang lalu. Berdasarkan data yang ada, sejauh ini para arkeolog di dunia beranggapan bahwa lukisan dinding gua muncul pertama kali di Eropa. Hal itu didukung oleh penemuan lukisan sederhana (non-figurative) di situs El Castillo, Spanyol yang berumur sekitar 41 ribu tahun. Sementara di Maros, dalam periode yang hampir sama yaitu 39,9 ribu tahun, manusia Sulawesi sudah melukis secara figuratif yaitu cap tangan dan hewan seperti babi dan anoa.

maros 3

maros 4

Tim ilmuwan menemukan 12 stensil tangan dan dua lukisan figuratif binatang di tujuh situs gua di atas bebatuan kapur di menara bukit kapur di barat daya Sulawesi, dengan gambar tertua (sebuah stensil tangan) berumur setidaknya 40.000 tahun. Arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, Muhammad Ramli mengatakan, di Maros Pangkep, Sulawesi Selatan dari 138 gua yang diteliti sebanyak 93 gua berisi lukisan yang dibuat manusia purba. Lukisan tersebut antara lain lukisan cap tangan manusia, lukisan binatang, ada babirusa, anoa, burung, perahu, juga garis-garis abstrak.

Para peneliti juga mengatakan dalam The Journal Nature, bahwa penemuan di Indonesia itu telah mengubah ide-ide tentang bagaimana manusia pertama kali mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan seni. Ilmuwan Australia dan Indonesia telah menelusuri lapisan pertumbuhan mirip stalaktit yang telah terbentuk lebih dari garis yang diwarnai bentuk tangan manusia. Seniman awal membuatnya dengan menorehkan “cat alami” secara hati-hati di sekitar tangan mereka yang terkatup rapat ke dinding dan langit-langit gua. Lukisan yang berasal dari Bone ini adalah sejenis endemik liar yang kerdil yang hanya ditemukan di Sulawesi. Dimana menurutnya, hewan endemik itu mungkin diburu oleh penduduk sekitarnya. Selain itu, ada pula lukisan dengan bentuk sosok manusia dan gambar binatang berkuku liar yang hanya ditemukan di pulau tersebut.

Beragam jenis flora hidup di kawasan karst ini, di antaranya Bintangur, Beringin, Enau, Nato, dan masih banyak lagi, termasuk flora endemik seperti Kayu Hitam Sulawesi dan Sepang yang biasa digunakan sebagai campuran minuman oleh warga lokal. Fauna endemik juga banyak ditemukan di sini, sebut saja tarsius, luwak, rusa, burung enggang, kalajengking gua, hingga beragam jenis reptil dan amphibi. Selain itu kawasan hutan batu ini menyimpan biota langka dan endemik, diantaranya merupakan satu-satunya di dunia, yakni monyet hitam atau Macaca Maura dan 125 jenis kupu-kupu langka. Ada juga laba-laba gua jenis baru yang memiliki ukuran setelapak besar tangan orang dewasa, ikan guabuta yang transparan, kepiting laba-laba, dan binatang endemik lainnya.

Menurut beberapa ahli, kawasan dengan perpaduan menara karst dan sungai seperti yang ada di kawasan itu, sangat jarang ditemui. Hanya ada di Cina dan di Maros, Sulawesi Selatan Indonesia. Menurut situs UNESCO, baru pada 6 Oktober 2009 lalu Maros-Pangkep resmi terdaftar sebagai calon Warisan Dunia kategori Natural atau alamiah. Maros-Pangkep merepresentasikan kawasan yang bisa dijadikan rujukan penelitian mengenai sejarah bumi, sumber air, ekosistem pesisir, serta biota dan komunitas fauna hingga ribuan tahun ke belakang.

Pugung Raharjo, Peninggalan Megalitikum di Indonesia

Raharjo 1

Setelah sekian lama saya menulis tentang situs-situs purbakala di berbagai belahan dunia, kali ini saya akan menulis tentang situs purbakala di Indonesia. Di negeri ini tentunya ditemukan ratusan situs purbakala yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Bahkan hingga kini, situs-situs purbakala yang ada masih terus digali dan diteliti. Masih banyak juga yang belum ditemukan. Salah satu situs purbakala di Indonesia yang akan saya bahas kali ini adalah Pugung Raharjo di Lampung.

Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan salah satu situs bersejarah peninggalan zaman Hindu. Terletak di Desa Pugung Raharjo, Lampung Timur, Situs Pugung Raharjo ditemukan pada tahun 1957 oleh penduduk setempat yang terdiri atas warga transmigran sewaktu penebangan hutan. Beberapa penebang hutan melaporkan hasil penemuan tersebut kepada Dinas Purbakala. Salah satu dari temuan awal tersebut adalah sebuah arca yang dikenal sebagai arca yang bercirikan masa klasik dan berlanggam Budhis.

Zaman megalitik merupakan zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ciri-ciri zaman megalitik adalah seluruh alatnya masih terbuat dari bebatuan besar, seperti batu tegak, meja batu, kuburan batu dan keranda batu. Sedangkan zaman klasik terjadi ketika pengaruh kebudayaan agama Hindu dan Buddha masuk. Zaman ini terjadi pada abad ke 6-15 Masehi.

Selang beberapa tahun sejak ditemukan, tepatnya pada tahun 1968, dilakukanlah penelitian awal oleh Lembaga Purbakala yang dipimpin oleh Drs. Buchori. Pada tahun 1973, Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional bekerjasama dengan Pennsylvania Museum University melakukan pencatatan dan pendokumentasian kepurbakalaan Pugung Raharjo yang hasilnya dituangkan dalam Laporan Penelitian Sumatera. Penelitian terus berlanjut dan pada tahun 1980 dengan dilakukannya ekskavasi, yang menghasilkan kesimpulan bahwa kompleks megalitik Pugung Raharjo memiliki luas sekitar 25 ha. Situs Pugung Raharjo ini dilakukan pemugaran pada tahun 1977 sampai dengan 1983.

Peninggalan artefak-artefak di situs ini secara kronologi begitu lengkap, mulai dari masa prasejarah, klasik (Hindu – Budha), hingga masa Islam. Artefak yang ditemukan di situs ini antara lain keramik asing dari berbagai dinasti, keramik lokal, manik-manik, dolmen, menhir, pisau, mata tombak, batu berlubang, batu asahan, batu pipisan, kapak batu, batu trap punden, gelang perunggu, dan batu bergores. Fitur yang ditemukan di situs ini antara lain :

Benteng Pugung Raharjo

Raharjo 2

Berupa dua buah gundukan tanah di sebelah barat dan timur. Panjang benteng sebelah barat 300 meter, sedangkan sebelah timur 1200 meter dengan ketinggian gundukan tanahnya antara 2 – 3,5 meter, serta parit dengan kedalaman 3 – 5 meter. Bentuk benteng tidak menyudut tetapi melingkar. Di beberapa bagian terdapat jalan yang menghubungkan bagian luar dan dalam benteng, serta di beberapa tempat terdapat beberapa pintu yang diperkirakan sebagai pintu gerbang jalan masuk ke dalam benteng.

Adapun fungsi benteng diperkirakan sebagai tempat perlindungan dari serangan binatang buas maupun serangan suku lainnya. Di dalam benteng terdapat suatu tempat yang disebut kompleks batu mayat yang terdiri dari batu altar, menhir dan sebuah batu bergores di sebidang tanah berbentuk bujur sangkar.

Punden Berundak

Raharjo 3

Berupa gundukan tanah dan batu yang berundak-undak, terdiri atas punden sebelah barat dan punden sebelah timur. Punden barat meliputi punden I dengan dua undakan, punden II terdiri dari tiga undakan, punden III terdiri atas dua undakan, dan punden IV berupa gundukan tanah setinggi 1 meter. Adapun di punden sebelah timur terdapat punden besar dengan tiga undakan dan merupakan punden terbesar yang dikelilingi parit kecil. Secara keseluruhan, hingga saat ini jumlah punden di situs ini sebanyak 13 punden. Sebuah punden di bagian paling timur situs yang berukuran 8 x 8 meter, yang menurut keterangan penduduk setempat merupakan tempat ditemukannya arca Bodhisatwa yang dikenal sebagai patung Puteri Badariah oleh masyarakat setempat. Arca Bodhisatwa tersebut saat ini disimpan di Museum Situs Pugung Raharjo.

Batu Berlubang

Batu berlubang terdapat di bagian timur situs, yakni dekat mata air. Batu berlubang terbuat dari batu kali berwarna hitam abu-abu yang terdapat empat lubang di bagian permukaan batu yang datar. Terdapat 19 batu berlubang di situs ini. Fungsi batu berlubang ini kemungkinan untuk melumatkan sesuatu yang perlu dihaluskan, serta berkaitan dengan upacara kematian.

Lumpang Batu

Terdapat dua buah lumpang batu di situs Pugung Raharjo, yakni di sawah di sebelah timur situs, sedangkan yang lain berada di dekat batu mayat.

Batu Bergores

Raharjo 4

Temuan empat buah batu bergores terdapat di tepi sungai kecil di sisi selatan situs. Bentuk goresan berupa garis-garis dengan lekukan sebesar jari namun jelas menunujukkan hasil karya manusia.

Kompleks Batu Kandang (Batu Mayat)

Berupa sekelompok batu besar yang disusun dalam bentuk empat persegi dengan arah hadap timur dan barat. Di bagian tengah kelompok batu besar ini terdapat batu yang oleh penduduk setempat disebut dengan batu mayat. Batu tersebut berbentuk bulat panjang yang di kedua ujungnya dipahatkan phallus (lambang alat kelamin laki-laki).

Keramik
Sebaran keramik yang ditemukan di situs Pugung Raharjo cukup luas dimana kronologi keramik tersebut mulai dari abad ke-8 hingga abad ke-17 M. Keramik asing yang ditemukan di situs ini berasal dari Dinasti Tang, Cing, Sung, dan Ming. Bukti ini menunujukkan bahwa perdagangan atau pelayaran di abad 10 hingga abad 16 M di kawasan Way Sekampung sangat ramai. Bahkan melalui Way Sekampung inilah diduga sebagai jalur masuknya Islam ke Lampung Tengah, mengingat ditemukan medali Sam Pho Khong di daerah ini.

Di situs Pugung Raharjo, tidak hanya benda peninggalan manusia purba, pengunjung yang datang juga bisa melihat benda-benda peninggalan kebudayaan Hindu Buddha di taman purbakala ini. Keramik dari Dinasti Han, Sung, dan Ming ada di taman ini.

 

Referensi:

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbserang/2014/11/03/taman-purbakala-pugungraharjo-lampung-timur/

Benteng Kokoh di Israel

Masada 1

Sebuah benteng dari batu di atas tebing berdiri dengan kokoh di gurun di Israel, menghadap Laut Mati. Benteng itu adalah Benteng Masada. Benteng Masada merupakan simbol dari kerajaan kuno di Israel, peninggalan Raja Herod (74 SM – 4 SM), penguasa Judea yang di bawah pengaruh Roma.

Masada 2

Kompleks Benteng Masada merupakan istana “gantung” dengan tiga teras merupakan contoh dari desain arsitektur yang megah dan dibangun dalam kondisi yang ekstrim. Kompleks ini dibangun dengan gaya Romawi klasik. Sistem pengairannya juga canggih, dengan menampung tetesan air hujan untuk seribu orang selama dua tahun.

Pembangunan pertama di Masada dimulai sekitar 35 SM. Pembangunan pertama adalah Istana Barat (Western Palace) dengan luas area kira-kira 28 x 24 meter, dengan perluasan wilayah yang ditambah seiring waktu. Dekorasi yang paling spektakular di Istana Barat adalah ruang mosaik, yang merupakan bagian selatan yang dipasang dengan mosaic karpet warna-warni yang menampilkan kombinasi dari desain geometris dan bunga-bunga yang paling megah di Masada.

Masada 3

Jika Istana Barat memiliki keindahannya sendiri, maka Istana Utara (Northern Palace) memiliki kemegahannya sendiri yang dibangun di tebing bagian utara. Dinding-dinding dari istana tersebut berdiri tinggi dan kokoh. Isi istana juga dilengkap dengan mebel-mebel yang mewah.

Teras bagian atas memiliki aula dan dua kamar tidur serta balkon yang setengah lingkaran. Sedangkan teras tengah, yang dibangun di bawah tebing, memiliki atap bertiang melingkar dengan diameter sekitar 15 meter. Sehingga teras ini seperti menggantung yang ditopang dengan tiang-tiang.

Masada merupakan tempat perlindungan bagi orang-orang yang melarikan diri dari tentara Romawi selama masa pemberontakan Yahudi yang pertama melawan Roma (66 – 73 M). Situs Masada diduduki oleh korban yang selamat dari pemberontakan Yahudi melawan kekuasaan Romawi, yang berhasil dikepung oleh tentara Romawi. Kamp-kamp militer, ​​benteng dan jalan untuk menyerang yang mengelilingi situs merupakan situs pengepungan Romawi paling lengkapnsampai hari ini. Masada menjadi simbol dari kerajaan kuno Israel, kehancuran, kekerasan Yahudi yang berdiri terakhir dalam menghadapi tentara Romawi pada 73 Masehi. Masada adalah simbol pedih perjuangan manusia terus antara penindasan dan kebebasan.

Masada 4

Por Bajin, Situs Misterius di Siberia

Por Bajin 1

Dalam ilmu pengetahuan, tidak semua pertanyaan dapat dengan mudah dipelajari dan ditemukan jawabannya. Salah satunya adalah berbagai pertanyaan mengenai sebuah situs prasejarah bernama Por Bajin atau Por Bazhyn yang terletak  di antara dua wilayah Siberia, Sayan dan Altai, serta dekat dengan perbatasan Mongolia. Kawasan atau pulau berisi reruntuhan bangunan-bangunan kuno ini benar-benar belum bisa terjelaskan apa dan siapa yang membuatnya. Jika dilihat dari jauh akan terlihat seperti benteng dengan dinding yang menjulang dan barisan bangunan yang rapi. Namun, jika dilihat lebih dekat atau berada di dalamnya, justru akan membuat kita merasa bingung dengan struktur dan pola dari bangunan tersebut. Nama Por-Bajin sendiri diterjemahkan sebagai “rumah tanah liat” dalam bahasa Tuvan.

Penelitian atas pulau ini sudah dilakukan sejak tahun 1891. Saat pertama kali ditemukan dan tujuan dari pembuatan situs masih belum dapat dijelaskan setelah lebih dari satu abad kemudian. Penelitian lebih mendalam terjadi pada tahun 2007 dengan penemuan tablet-tablet tanah liat, gambar-gambar berwarna yang memudar pada dinding kapur, gerbang besar dan fragmen kayu terbakar oleh para arkeolog.

Por Bajin 2    Por Bajin 3

Beberapa peneliti percaya bahwa pulau tersebut mungkin pernah menjadi tuan rumah bagi sebuah kuil Buddha atau Manichaean, sementara yang lain berpendapat bahwa itu adalah situs dari sebuah istana musim panas pada masa Kekaisaran Uighur. Pendapat lain juga mengatakan bahwa kawasan tersebut merupakan sebuah observatorium kuno atau benteng pertahanan. Semakin banyak spekulasi dan pendapat yang mengungkapkan misteri dari Por Bajin, namun tidak satu pun yang benar-benar mengungkapnya. Ditambah lagi dengan adanya misteri yang menunjukkan bahwa penduduk meninggalkan pulau itu tidak lama setelah konstruksi selesai, namun tidak ada indikasi mengapa mereka melakukan hal itu.

Para ahli mengatakan, pulau tersebut dibangun selama periode Khaganate (744-840 M), tetapi masih belum jelas apa motif mereka membangun sebuah benteng dalam suatu tempat yang sunyi dan jauh dari pemukiman besar serta jalur perdagangan. Pemetaan Laser dari situs sebelum penggalian besar pertama pada tahun 2007 membantu para ahli membangun sebuah model 3D untuk melihat penampakan bangunan tersebut pada zaman dahulu. Meskipun usianya telah mencapai seribu tahun lebih, beberapa bagian dari struktur terjaga dengan baik ketika arkeolog tiba untuk memeriksa situs seluas 3,5 hektar tersebut, dengan dinding yang masih terlihat jelas.

Dinding luar berdiri dengan tinggi 10 meter dan lebar 12 meter serta membentuk sebuah persegi panjang. Sebuah gerbang utama ditemukan mengarah ke dalam dua halaman secara berurutan yang dihubungkan oleh pintu gerbang lain. Dinding di dalamnya berukuran lebih kecil, dengan tinggi hanya 1 meter dan membentuk garis bangunan serta memiliki bangunan besar di tengah situs. Beberapa dinding dan panel ditutupi dengan plester kapur dengan cat merah bergaris horizontal. Kompleks utama di halaman bagian dalam memiliki struktur pusat dua bagian, yang dihubungkan oleh jalan beratap antara satu bagian dengan bagian lain. Atap genting didukung oleh 36 kolom kayu yang berbasis pada batu. Jika dilihat dari bahan bangunan dan cara penataan situs tersebut, memberikan petunjuk bahwa Por bajin dibangun dalam tradisi arsitektur khas cina yang kemungkinan besar didirikan pada paruh kedua abad ke-8.

Arkeologi dan geomorfologi lapangan mengungkapkan setidaknya ada dua gempa bumi yang telah mempercepat proses alami kerusakan situs. Yang pertama, tampaknya terjadi selama pembangunan “benteng” di abad ke-8.

Pada kenyataannya, hingga kini belum ada arkeolog ataupun sejarawan yang mampu mengungkapkan asal usul serta tujuan pembuatan situs tersebut. Banyak orang dari berbagai belahan dunia mengakui mengenai keindahan Por Bajin, sehingga penelitian mengenai Pulau Por Bajin ini masih akan terus dilanjutkan.

 

Por Bajin 4

Situs Pemujaan Tersembunyi di Israel

tel burna 1

Pada tahun 2014, sebuah situs arkeologi yang cukup besar ditemukan di Tel Burna, Israel. Situs ini diperkirakan berusia 3.300 tahun, merupakan tempat pemujaan untuk Baal, Dewa Canaanite. Meskipun belum digali secara keseluruhan, baru 16 x 16 meter yang digali, namun para arkeolog sudah dapat memperkirakan luasnya. Di situs tersebut, arkeolog menemukan tiga cangkir yang saling terhubung, fragmen topeng wajah, guci penyimpanan yang besar, dan tulang binatang yang terbakar, yang mungkin mengindikasikan adanya pengorbanan untuk ritual.

Penemuan fragmen topeng wajah, seperti hidung, diduga digunakan untuk upacara dan prosesi ritual. Sedangkan tiga cangkir yang saling terhubung, kemungkinan besar berasal dari Siprus. Penggunaan artefak tersebut masih misteri, namun dapat juga dianggap sebagai objek pemujaan.

tel burna 2

Para peneliti juga menemukan “pithoi” kapal yang besar (stoples besar), hampir sebesar manusia. Kapal tersebut, dilihat dari desainnya, berasal dari Siprus. Pithoi tersebut kemungkinan besar digunakan sebagai tempat penyimpanan untuk persepuluhan yang dibawa ke kompleks pemujaan. Persepuluhan itu merupakan pemberian dari orang-orang yang dulu tinggal di situ atau yang tinggal di sekitar tempat itu.

Situs ini menghasilkan banyak temuan lainnya, termasuk segel berbentuk silinder, gelas, piala, patung-patung yang rusak yang terlihat seperti bagian dari manusia dan bagian dari hewan, dan bahkan scarab, artefak dengan sebuah prasasti hieroglif Mesir di atasnya.

Dari temuan-temuan itu, mulai dapat digambarkan rekonstruksi peristiwa yang terjadi di tempat tersebut. Misalnya dapat merekonstruksi terjadinya pesta, ditunjukkan oleh adanya beberapa gelas dan sejumlah besar tulang hewan. Beberapa tulang hewan yang dibakar, mungkin menunjukkan penggunaannya dalam beberapa aktivitas pengorbanan. Adanya pithoi mungkin menunjukkan koleksi persepuluhan, atau tempat penyimpanan makanan untuk digunakan dalam kegiatan pemujaan. Sedangkan topeng mungkin memperlihatkan adanya prosesi upacara di situs tersebut, mungkin sebelum atau sesudah adanya pesta atau ritual.

Situs Tel Burna di Israel ini masih baru ditemukan dan masih butuh banyak waktu untuk menemukan cerita-cerita yang tertinggal di dalamnya. Dengan adanya perkembangan teknologi yang baru dan canggih diharapkan kekayaan sejarah yang tersimpan di Tel Burna dapat segera terungkap.

Kuil Musashir yang Telah Lama Hilang

nkar_5368

Kuil Musashir merupakan kuil yang penting yang didedikasikan untuk Haldi, dewa paling tinggi dalam Kerajaan Urartu, kerajaan pada Iron Age. Kuil ini diperkirakan dibangun di Ararat pada 825 SM. Namun ketika Musashir jatuh ke tangan Assyria, kuil ini hilang dalam sejarah, hingga akhirnya ditemukan pada jaman modern.

Kul Musashir didirikan pada saat Urartian, Assyria, dan Scythia berusaha untuk mendapatkan kuasa atas wilayah yang sekarang dikenal sebagai Irak Utara. Terdapat prasasti kuno yang menyebutkan Musashir sebagai ‘kota suci yang didirikan pada batuan dasar’ dan ‘kota gagak’, sementara nama Musashir sendiri artinya adalah ‘keluar dari ular’.

Selama bertahun-tahun, banyak penelitian dan ekskavakasi telah dijalankan untuk mengetahui lokasi dari kuil kuno Musashir. Pada tahun 1959, penggalian dilakukan di wilayah Yernzka, sebelah barat dari Karin. Hasil penggalian tersebut memperlihatkan kuil Araratian, bukan Musashir. Pada tahun 2005, arkeolog menemukan kuil yang berusia 3.000 tahun bernama Rabat Tepe di Iran, tapi juga tidak ada hubungannya dengan Musashir. Pada tahun 2014, kuil Musashir yang telah lama hilang ditemukan. Terletak di wilayah Kurdistan, sebelah utara Irak, penemuan kuil ini juga disertai dengan penemuan patung seukuran tubuh manusia dan dasar tiang untuk kuil yang didedikasikan untuk Dewa Haldi. Patung ini tingginya sekitar 2,3 meter terbuat dari batu kapur, batu basal atau batu pasir. Beberapa patung ini sudah rusak sebagian. Patung-patung ini menggambarkan pria berjanggut, beberapa diantaranya dipahat sedang memegang gelas di tangan kanan, beberapa lagi memegang kapak. Patung-patung ini diperkirakan dibuat pada abad ketujuh atau keenam Sebelum Masehi, setelah Musashir jatuh ke Assyria.

Sayangnya karena ada konflik di sekitar situs tersebut, membuat penggalian menjadi sulit dan berbahaya untuk dilanjutkan. Penemuan Kuil Musashir merupakan penemuan yang bisa menjawab banyak pertanyaan tentang peristiwa sejarah di wilayah tersebut. Akan tetapi, sampai konflik selesai dan situasi menjadi aman untuk melanjutkan penggalian, belum diketahui lagi berapa banyak penemuan dan analisis yang bisa dilanjutkan.

Kuil Musashir merupakan kuil yang penting yang didedikasikan untuk Haldi, dewa paling tinggi dalam Kerajaan Urartu, kerajaan pada Iron Age. Kuil ini diperkirakan dibangun di Ararat pada 825 SM. Namun ketika Musashir jatuh ke tangan Assyria, kuil ini hilang dalam sejarah, hingga akhirnya ditemukan pada jaman modern.

Kul Musashir didirikan pada saat Urartian, Assyria, dan Scythia berusaha untuk mendapatkan kuasa atas wilayah yang sekarang dikenal sebagai Irak Utara. Terdapat prasasti kuno yang menyebutkan Musashir sebagai ‘kota suci yang didirikan pada batuan dasar’ dan ‘kota gagak’, sementara nama Musashir sendiri artinya adalah ‘keluar dari ular’.

Selama bertahun-tahun, banyak penelitian dan ekskavakasi telah dijalankan untuk mengetahui lokasi dari kuil kuno Musashir. Pada tahun 1959, penggalian dilakukan di wilayah Yernzka, sebelah barat dari Karin. Hasil penggalian tersebut memperlihatkan kuil Araratian, bukan Musashir. Pada tahun 2005, arkeolog menemukan kuil yang berusia 3.000 tahun bernama Rabat Tepe di Iran, tapi juga tidak ada hubungannya dengan Musashir. Pada tahun 2014, kuil Musashir yang telah lama hilang ditemukan. Terletak di wilayah Kurdistan, sebelah utara Irak, penemuan kuil ini juga disertai dengan penemuan patung seukuran tubuh manusia dan dasar tiang untuk kuil yang didedikasikan untuk Dewa Haldi. Patung ini tingginya sekitar 2,3 meter terbuat dari batu kapur, batu basal atau batu pasir. Beberapa patung ini sudah rusak sebagian. Patung-patung ini menggambarkan pria berjanggut, beberapa diantaranya dipahat sedang memegang gelas di tangan kanan, beberapa lagi memegang kapak. Patung-patung ini diperkirakan dibuat pada abad ketujuh atau keenam Sebelum Masehi, setelah Musashir jatuh ke Assyria.

Sayangnya karena ada konflik di sekitar situs tersebut, membuat penggalian menjadi sulit dan berbahaya untuk dilanjutkan. Penemuan Kuil Musashir merupakan penemuan yang bisa menjawab banyak pertanyaan tentang peristiwa sejarah di wilayah tersebut. Akan tetapi, sampai konflik selesai dan situasi menjadi aman untuk melanjutkan penggalian, belum diketahui lagi berapa banyak penemuan dan analisis yang bisa dilanjutkan.

Kuil Musashir merupakan kuil yang penting yang didedikasikan untuk Haldi, dewa paling tinggi dalam Kerajaan Urartu, kerajaan pada Iron Age. Kuil ini diperkirakan dibangun di Ararat pada 825 SM. Namun ketika Musashir jatuh ke tangan Assyria, kuil ini hilang dalam sejarah, hingga akhirnya ditemukan pada jaman modern.

Kul Musashir didirikan pada saat Urartian, Assyria, dan Scythia berusaha untuk mendapatkan kuasa atas wilayah yang sekarang dikenal sebagai Irak Utara. Terdapat prasasti kuno yang menyebutkan Musashir sebagai ‘kota suci yang didirikan pada batuan dasar’ dan ‘kota gagak’, sementara nama Musashir sendiri artinya adalah ‘keluar dari ular’.

Selama bertahun-tahun, banyak penelitian dan ekskavakasi telah dijalankan untuk mengetahui lokasi dari kuil kuno Musashir. Pada tahun 1959, penggalian dilakukan di wilayah Yernzka, sebelah barat dari Karin. Hasil penggalian tersebut memperlihatkan kuil Araratian, bukan Musashir. Pada tahun 2005, arkeolog menemukan kuil yang berusia 3.000 tahun bernama Rabat Tepe di Iran, tapi juga tidak ada hubungannya dengan Musashir. Pada tahun 2014, kuil Musashir yang telah lama hilang ditemukan. Terletak di wilayah Kurdistan, sebelah utara Irak, penemuan kuil ini juga disertai dengan penemuan patung seukuran tubuh manusia dan dasar tiang untuk kuil yang didedikasikan untuk Dewa Haldi. Patung ini tingginya sekitar 2,3 meter terbuat dari batu kapur, batu basal atau batu pasir. Beberapa patung ini sudah rusak sebagian. Patung-patung ini menggambarkan pria berjanggut, beberapa diantaranya dipahat sedang memegang gelas di tangan kanan, beberapa lagi memegang kapak. Patung-patung ini diperkirakan dibuat pada abad ketujuh atau keenam Sebelum Masehi, setelah Musashir jatuh ke Assyria.

Sayangnya karena ada konflik di sekitar situs tersebut, membuat penggalian menjadi sulit dan berbahaya untuk dilanjutkan. Penemuan Kuil Musashir merupakan penemuan yang bisa menjawab banyak pertanyaan tentang peristiwa sejarah di wilayah tersebut. Akan tetapi, sampai konflik selesai dan situasi menjadi aman untuk melanjutkan penggalian, belum diketahui lagi berapa banyak penemuan dan analisis yang bisa dilanjutkan.

Angkor Wat

Angkor Wat 1

Anda tentunya sudah tidak asing lagi dengan Angkor Wat, komplek candi yang terkenal sebagai salah satu tujuan wisata karena keanggunan dan keeksotisannya yang terletak di Kamboja atau lebih tepatnya di kota Angkor, sebelah barat Pnom Penh

Menurut catatan sejarah, kompleks candi-candi tersebut dibangun antara abad ke-6 sampai ke-13. Pembangunan candi Angkor Wat memakan waktu selama 30 tahun. Angkor Wat terletak di dataran Angkor yang juga dipenuhi bangunan candi yang indah, tetapi Angkor Wat merupakan candi yang paling terkenal di dataran Angkor. Raja Suryavarman II memerintahkan pembangunan Angkor Wat menurut kepercayaan Hindu yang meletakkan gunung Meru sebagai pusat dunia dan merupakan tempat tinggal dewa-dewi Hindu.

 

Sebagaimana mitologi Gunung Meru, kawasan candi Angkor Wat dikelilingi oleh dinding dan terusan yang mewakili lautan dan gunung yang mengelilingi dunia. Jalan masuk utama ke Angkor Wat yang sepanjang setengah kilometer dihiasi pagar susur pegangan tangan dan diapit oleh danau buatan manusia yang disebut sebagai Baray. Jalan masuk ke candi Angkor Wat melalui pintu gerbang, mewakili jembatan pelangi yang menghubungkan antara alam dunia dengan alam dewa-dewa.

Arsitekturnya memiliki elemen unsur-unsur ciri-ciri yang meliputi: ogival, menara dengan bentuk bergelombang seperti kuncup teratai setengah galeri yang memperluas lorong-lorong; galeri aksial yang menghubungkan pagar; dan teras berbentuk palang yang terdapat di sepanjang bagian utama candi tersebut. Gaya elemen dekorasi tersebut adalah dewata (atau bidadari), relief dasar, dan pedimen karangan bunga yang luas dan gambaran naratif. Patung-patung di Angkor Wat dianggap konservatif, menjadi lebih statis dan kurang anggun dari karya sebelumnya. Elemen lainnya dari desain tersebut telah hancur oleh penjarahan dan faktor usia, termasuk stuko berlapis emas pada menara, penyepuhan pada beberapa figur di relief dasar, dan panel langit-langit dan pintu kayu.

Hampir semua permukaannya, kolom, lintel bahkan atap dibuat dengan cara diukir. Beberapa relief menggambarkan adegan dari sastra India termasuk unicorn, griffin, naga bersayap yang menarik kereta serta prajurit diikuti dengan pemimpin perang yang menaiki gajah dan sejumlah gadis penari diatas langit dengan gaya rambut yang rumit. Dinding galeri sendiri dihias dengan relief rendah berukuran 1.000 meter persegi. Lubang pada beberapa dinding Angkor menunjukan bahwa dinding tersebut mungkin dihias dengan kertas perunggu. Hal tersebut merupakan benda berharga pada zaman kuno dan merupakan target utama para penjarah. Sementara penggalian yang dilakukan di Khajuraho oleh Alex Evans, seorang tukang batu dan pematung, menemukan sebuah patung batu dibawah 4 kaki (1.2 m), yang memakan waktu sekitar 60 hari untuk pengukiran.

Sejumlah batu dipoles sehalus marmer, dan diletakkan tanpa perekat mortar dengan sangat rapat dan rapi, sehingga terkadang sulit ditemukan sambungannya. Dalam beberapa kasus, blok-blok disatukan secara bersamaan oleh sendi purus dan lubang, sementara yang lainnya menggunakan teknik pengunci ekor burung dan tekanan gravitasi. Blok ini mungkin diangkut dan dipasang dengan menggunakan bantuan gajah, tali katrol, katrol, dan perancah bambu. Henri Mouhot menyatakan, bahwa sebagian besar blok memiliki lubang berukuran 2,5 cm dan berkedalaman 3 cm, dengan lebih banyak lubang pada blok yang lebih besar. Beberapa sarjana menyatakan bahwa lubang tersebut digunakan untuk penggabungan batu dengan menggunakan batang besi, namun pendapat lainnya menyatakan bahwa penggabungan tersebut menggunakan pasak untuk membantu pengerjaannya.

Hingga kini, pertanyaan tentang darimana dan bagaimana batu-batu besar yang digunakkan untuk membangun candi ini sampai di lokasi. Karena jika melihat situasi dan lingkungan di sekitar lokasi situs, akses menuju situs ini bukanlah medan yang mudah untuk ditempuh. Namun, studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti asal Jepang, Estuo Uchida dari Universitas Waseda, Jepang, mengungkapkan bahwa batu-batu tersebut dapat sampai ke lokasi situs dengan menggunakan jaringan ratusan kanal, Uchida juga mengungkapkan bahwa timnya menemukan banyak tambang blok batu pasir yang digunakan untuk membangun Candi Angkor dan juga rute transportasi dari blok batu pasir tersebut.

.Angkor Wat 2

Arkeolog memang telah mengetahui bahwa batu yang digunakan untuk membangun candi berasal dari tambang yang berada di dasar gunung dan berdekatan dengan situs. Namun, para arkeolog masih mempertanyakan bagaimana perpindahan batu tersebut. Terlebih lagi, menurut para peneliti, situs ini memuat lima hingga sepuluh juta batu dengan berat mencapai 1.500 kilogram. Sebelumnya, orang-orang beranggapan batu-batu tersebut diangkut ke danau Tone Slap melalui kanal, kemudian mereka mendayungnya dengan melawan arus melalui sungai lain hingga mencapai lokasi candi.

Untuk menelusurinya, Uchida bersama timnya mencoba meninjau kawasan tersebut. Di sana mereka menemukan 50 tambang di sepanjang tanggul Gunung Kulen. Mereka juga menjelajahi lokasi dengan menggunakan citra satelit dan menemukan jaringan dari ratusan kanal sebagai jalan yang menghubungkan tambang ke situs candi. Dengan menggunakan akses jaringan kanal, jarak antara tambang dengan situs hanya sekitar 37 kilometer, lebih dekat dibanding jarak melalui jalur sungai sepanjang 90 kilometer. Grid kanal ini menunjukkan bahwa para nenek moyang mengambil jalan pintas ketika membangun candi.

Candi ini merupakan simbol yang kuat dan amat penting bagi negara Kamboja, sebagai sumber kebanggaan nasional dan menjadi faktor penting bagi hubungan diplomatik luar negeri antara Kamboja dengan Perancis, Amerika Serikat, dan Thailand. Penggambaran Angkor Wat dalam bendera nasional Kamboja telah mulai ditampilkan sejak diperkenalkannya bendera perdana Kamboja pada 1863, Akan tetapi, dari perspektif sejarah dan antarbudaya, Angkor Wat tidak pernah menjadi lambang kebanggaan nasional yang sesungguhnya sui generis namun diterapkan dalam proses politik-budaya oleh Kolonial Perancis yang menampilkan candi ini dalam pameran Kolonial Perancis dan pameran universal di Paris dan Marseille antara tahun 1889 dan 1937.

Murud Janjira, Benteng yang Tak Terkalahkan

janjira 1

India, sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia,dikenal sebagai negeri raja-raja dan kaisar sehingga kita akan menemukan banyak istana serta benteng di negara tersebut. Salah satunya adalah benteng Murud Janjira. Murud Janjira terletak di Pantai Laut Arab dekat kota Pelabuhan Murud, 165 km (103 mil) di selatan kota Mumbai. Kata janjira berasal dari bahasa Arab, Jazeera yang berarti pulau. Benteng ini awalnya dibangun oleh Raja Nelayan Konkan untuk memerangi penguasa muslim pada tahun 1490, namun kemudian diberikan kepada Shivaji dan Shivaji menjadikan benteng tersebut salah satu markas besar untuk kekaisaran Maratha. Dari jauh, benteng ini terlihat seperti sebuah pulau yang dikelilingi oleh air dari semua sisi dan dapat dicapai dengan menggunakan perahu layar dari Pelabuhan Jayapuri.

janjira 2

Benteng ini dikelilingi oleh 21 menara yang masih berdiri kokoh hingga sekarang karena dibangun dari campuran beton, lumpur dan pasir yang membentuk struktur alamiah. Didalam menara ini terdapat meriam buatan India maupun Eropa yang yang digunakan sebagai senjata pertahanan dan penyerangan oleh Murud Janjira. Meriam-meriam ini pun masih terlihat utuh meskipun sudah berkarat karena pemakaian dan pergeseran waktu. Daya tarik tersendiri dari benteng ini adalah 3 meriam raksasa bernama Kalalbangdi, Chavri dan Landa Kasam. Gerbang lain ke barat adalah menghadap laut-yang disebut ‘Darya Darwaza’. Benteng Murud Janjira juga memiliki struktur bangunan yang unik, meskipun berada di tengah-tengah air, bentuknya yang cukup rumit justru memberi keuntungan bagi para tentara dalam melihat kedatangan penyusup atau musuh yang datang melalui air. Bangunan ini juga memiliki beberapa pintu rahasia yang digunakan sebagai tempat persembunyian dan melarikan diri.

janjira 3

Awalnya, benteng ini merupakan sebuah bangunan kayu yang didirikan oleh seorang kepala koki pada akhir abad ke-15. Kemudian Pir Khan, seorang jenderal dari Nizamshah, Ahmednagar melihat hal ini dan mengubah struktur bangunannya sehingga menjadi lebih kokoh dan tahan terhadap serangan yang dibuat dari batuan terikat bersama dengan campuran timah, pasir, dan gul. Selanjutnya, bangunan benteng ini semakin diperkuat oleh Malik Ambar, Abyssinian asal Siddi Bupati Raja Ahmednagar. Gerbang utama Murud Janjira menghadap ke Pelabuhan Jayapuri, namun pelabuhan ini berjarak sekitar 40 kaki jauhnya, dapat terlihat jika kita berdiri dari satu titik tertentu di benteng tersebut. Pada bagian luar dinding yang mengapit gerbang utama, ada patung yang menggambarkan harimau yang menggenggam gajah di cakarnya. Selain itu pada semua gerbang utama Janjira terdapat tulisan “ASHOK-CHAKRA” yang dibuat agak timbul dan dihiasi berbagai gambar gajah, singa dan lain-lain. Pada masa kejayaannya, bangunan ini memiliki berbagai macam fasilitas lengkap untuk memenuhi kehidupan para penghuninya, seperti istana, ruangan khusus bagi petugas, masjid, hingga dua buah danau yang memberikan pasokan air bersih.

janjira 4

Murud Janjira dikenal sebagai benteng yang tidak terkalahkan karena selama berabad-abad mampu membendung serangan dari berbagai musuh. Pada masa awal berdirinya, Janjira digunakan oleh Kepala Nelayan Rajaram Patil lokal untuk melindungi rakyatnya dari bajak laut atau pencuri yang dikenal sebagai “Medhekot”. Kemudian, negara-negara seperti Portugis, Inggris dan Maratha berulang kali mencoba merebut benteng ini namun usaha mereka tidak pernah berhasil. Hingga kini, Murud Janjira merupakan sebuah tempat wisata yang terkenal dan dibanggakan di India.

Pasukan Patung Tentara dari Tiongkok

terracota 1

Saya sudah sering bercerita mengenai bangunan peninggalan bersejarah di wilayah Eropa dan Amerika Selatan. Kali ini saya akan bercerita mengenai peninggalan arkeologis di Asia, yaitu Tiongkok. Situs ini tidak hanya menakjubkan tapi juga menyimpan dan fakta menarik di dalamnya.

Pasukan Terakota (Terracota Army) adalah kumpulan koleksi dari 8.099 patung berbentuk tokoh prajurit dan kuda dengan ukuran asli yang terletak di dekat makam dari Kaisar pertama dinasti Qin, Qin Shi Huang. Patung-patung ini dibuat 210-209 SM yang lalu untuk mengawal patung Kaisar pertama China, Qin (Qin Shi Huang). Terakota yang menakjubkan ini ditemukan pada 1974 oleh sekelompok petani Tiongkok yang tengah menggali sumur.

Tentara Terakota merupakan patung unik dan dibuat satu per satu.. Patung-patung itu aslinya dihias dengan cat berwarna terang, namun setelah 2.000 tahun tersimpan di bawah tanah, sisa-sisa cat itu pudar. Detail wajah dan pakaian patung tentara itu begitu rinci, sehingga daerah asal masing-masih tentara bisa diketahui. Masing-masing dari patung tersebut mempunyai ekspresi muka yang unik dan berbeda-beda. Diperkirakan ada sekitar 700.000 pemahat yang membuat patung-patung tersebut dalam beberapa tahun.

terracota 2

Prajurit dan kuda ini disekat menjadi tiga bagian sesuai dengan posisi terakhir sang prajurit. Ruang pertama berisi pasukan aktif perwira, ruang kedua pasukan cadangan, sementara ruang ketiga berisi rumah-rumah elite 68 komandan dan perwira. Semua wajah prajurit menghadap ke arah timur untuk melindungi Qin Shi Huang Di dari kemungkinan serangan musuh yang datang dari arah tersebut di akhirat. Begitu luasnya kompleks makam Kaisar Qin mengingat ketiga ruang prajurit terakota ini hanya menempati 1 persen total luas makam.

terracota 3

Kaisar Qin Shihuang adalah kaisar pertama yang menyatukan Tiongkok. Selama masa pemerintahannya, Kaisar Qin melakukan standardisasi koin, berat, dan ukuran. Ia juga yang menghubungkan wilayah-wilayah di Tiongkok dengan membangun jalan dan kanal. Kaisar Qin jugalah yang membangun versi pertama dari Tembok Cina. Namun ia juga dikenal sebagai pemimpin yang kejam. Ia tidak segan-segan untuk membunuh orang-orang yang menentangnya.

Menurut catatan sejarah, Kaisar Qin Shi Huang Ti percaya dengan hal-hal yang berbau takhayul. Dia berpendapat, bahwa matinya dia musuh-musuhnya pun akan mati.  Maka dia membawa pasukannya untuk menemani dan menjaga kaisar siang dan malam. Selain itu, kaisar percaya bahwa di kehidupan setelah kematian dia membutuhkan bala tentara untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan lain yang ada.

Kaisar Qin Shi Huang Di wafat pada 210 SM dan dimakamkan di dalamnya. Makamnya sampai sekarang belum diekskavakasi karena kekhawatiran akan merusak mayat dan artefak di dalamnya, begitu juga dengan potensi keamanan dalam melakukan ekskavakasi. Menurut catatan dari sejarawan Tiongkok, Sima Qian dalam karyanya yang berjudul “The Grand Scribe’s Records” terdapat aliran merkuri di lantai tempat Kaisar Qin dimakamkan. Aliran merkuri ini berbentuk seperti sungai menuju makamnya. Maka dari itu, para arkeolog masih belum mengetahui atau menemukan cara untuk melakukan ekskavakasi makam Kaisar Qin dengan cara yang aman.

Bagian yang tak kalah menarik dari kompleks makam Kaisar Qin Shih Huang Di adalah lubang terakota. Lubang ini merupakan bangunan struktur tanah dan kayu yang menyerupai terowongan yang di dalamnya digali empat hingga delapan meter dari permukaan tanah. Di dalam lubang tersebut dibangun dinding yang dipasang tiang kayu, belandar, penyangga atap, dan gelaran tikar. Di dalam lubang terakota ini juga terdapat senjata perunggu menakjubkan yang dibuat dengan teknik cor, teknik yang luar biasa untuk jaman 2000 tahun silam. Kompleks makam Kaisar Qin Shih Huang Di ini menjadi simbol dahsyatnya budaya Tiongkok kuno yang mampu bertahan hingga ribuan tahun.