Pulau Sumba adalah sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Luas wilayahnya 10.710 km², dan titik tertingginya Gunung Wanggameti (1.225 m). Di pulau ini terdapat sebuah peninggalan megalitikum yang terkenal bernama Anakalang. Benda peninggalan yang paling populer dari peninggalan Anakalang adalah kapak segiempat dan pemakaman purbakala. Seluruh bangunan pemakaman tersebut bentuknya besar dan mengandung pahatan-pahatan unik. Dahulunya ratu “Purung Takadonga” tinggal dan memerintah masyarakat Anakalang.
Secara geografis Anakalang terletak di sebuah lembah, 20 kilometer jauhnya dari Waikabubak Timur dan berdekatan dengan jalan utama Waingapu. Di daerah tersebut akan banyak dijumpai pemakaman yang tersebar di sekeliling desa yang saat ini dinamakan Distrik Anakalang. Distrik Anakalang menyimpan peninggalan bangunan tua megalitikum yang besar di Sumba, dan salah satu yang terbesar ada di Jalan Pasunga.
Hingga saat ini belum diketahui berapa tua usia situs purbakala bangunan ini, beberapa upaya dilakukan dengan mendeteksi usia berdasarkan kandungan radiokarbon pada bangunan. Batu tulis dan kapak segiempat yang ditemukan di situs ini ditaksir telah ada sejak zaman post-neolitikum bukan neolitikum. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya benda terbuat dari besi di bangunan ini. Tradisi pembangunan makam megalitik hingga saat ini tetap berjalan di belahan barat Sumba. Tapi, hanya di Anakalang lah praktik ritual dan metode tradisional pembangunan makam masih dapat terlihat. Beberapa raja pernah memerintah di Anakalang, di antaranya Umbu Dongu Ubini Mesa pada tahun 1880, dilanjutkan oleh Umbu Sapi Pateduk pada tahun 1927, yang ketiga adalah Umbu Remu Samapati dan diteruskan oleh adik iparnya Umbu Sulung Ibilona.
Makam kuno di situs Anakalang berbeda-beda dari segi ukuran, lama pembuatan, dan peletakkan. Makam yang berada di Desa Kampung terdapat batu nisan yang bertuliskan tahun 1926 memakan waktu selama enam bulan penyelesaian. Proses penguburannya pun mengorbankan 150 ekor sapi dan tanduk-tanduknya disimpan di perumahan warga makam lainnya yang terletak di Desa Koboduk sekitar 2,5 kilometer dari makam di Kampung. Makam ini bahannya terbuat dari beton dan ubin. Makam ini juga merupakan makam terbesar di Samba. Lainnya lagi, bernama makam Umba Saola, dibuat dari batu yang dipahat yang membutuhkan waktu sekitar enam tahun penyelesaian. Makam tersebut luasnya 4 x 5 meter dan ketebalan 1 meter, dengan berat 70 ton. Batu ini diambil dari lereng bukit sekitar dalam jarak tiga kilometer dari wilayah Anakalang. Di sisi timur wilayah Anakalang juga terdapat banyak makam yang dipersembahkan untuk para raja dan ratu daerah kecil dengan ukiran kerbau dan ayam jantan.
Namun, seiring perjalanan waktu tradisi budaya ini mulai bergeser dari kuburan batu potong asli ke model kuburan beton. Hal ini disebabkan karena bahan pembuatan batu kubur mudah diperoleh, seperti semen, besi, beton dan pasir. Selain itu secara ekonomis kuburan beton lebih ringan daripada menggunakan batu potong asli. Dewasa ini, pemerintah telah mengambil kebijakan melakukan penataan dan promosi aset wisata Sumba, termasuk untuk batu kubur, kepada wisatawan nasional maupun mancanegara agar sebanyak mungkin mengunjungi Pulau Sumba, khususnya Kabupaten Sumba Barat.