Maros dan Pangkep, Gua Dengan Lukisan Tertua di Dunia

Mungkin banyak di antara Anda tidak mengetahui bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau terbanyak di dunia yang tersebar dalam 34 provinsi, ternyata juga memiliki kawasan karst yang indah. Salah satunya bahkan merupakan karst terbesar di dunia setelah Cina, yaitu kawasan karst Maros-Pangkep.

Maros 1

Kawasan pegunungan karst ini membentang di wilayah kabupaten Maros dan kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, dengan luas sekitar 40 ribu hektar. Keunikan karst Maros-Pangkep terletak pada bentuknya yang seperti menara yang berdiri sendiri maupun berkelompok membentuk gugusan pegunungan batu gamping yang menjulang tinggi. Para geologiwan menggolongkan batuan penyusun kawasan karst ini pada Formasi Tonasa yang berumur antara Eosen sampai Miosen Akhir. Pembentukannya sebagai akibat aktivitas air pada areal batu gamping, sehingga terjadi pelarutan dan membentuk bentang alam karst yang khas. Di samping itu, di beberapa tempat hadir juga batuan beku yang mengintrusi batu gamping yang menyebabkan terjadinya proses metamorfosis menjadi marmer. Proses intrusi ini antara lain dijumpai di daerah Bungoro (Kabupaten Pangkep dan Leangleang) Kabupaten Maros.

Gua-gua yang terletak di kawasan karst ini juga menyimpan kekayaan arkeologi yang tak ternilai harganya. Di antara ratusan gua itu terdapat beberapa yang merupakan situs peninggalan prasejarah. Di sana ditemukan sisa-sisa peninggalan manusia prasejarah seperti gerabah, perkakas dari batu, mata panah, cangkang kerang bahkan di dinding-dinding gua itu terdapat lukisan-lukisan prasejarah yang merupakan karya seni yang langka. Sebanyak 30 gua dari 268 mulut gua telah diidentifikasi secara lengkap oleh Bappeda dan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sulawesi Selatan. Gua-gua tersebut rata-rata memiliki stalaktit dan stalagmit yang indah. Sebagian dari gua yang ditemukan, ternyata merupakan habitat kelelawar. Gua-gua tersebut membentuk lorong yang menakjubkan dan sebagian berfungsi sebagai sungai bawah tanah dengan debit aliran sangat besar. Salah satunya keluar sebagai sungai dan air terjun Bantimurung. Hingga kini, gua terdalam dan terpanjang di Indonesia pun ditemukan di kawasan karst Maros-Pangkep. Gua terdalam berbentuk sumur tunggal dengan kedalaman 260 m ditemukan di Leang Leaputte, sedangkan gua terpanjang diperkirakan mencapai 27 km ditemukan pada sistem Gua Salukkan Kallang.

Maros 2

Hal lain yang unik dari gua ini adalah ditemukannya lukisan tertua di dunia dan diperkirakan umur pembuatannya mencapai 35.000 – 39.900 tahun yang lalu, yaitu pada masa periode Pleistosin (Pleistocene). Lukisan di beberapa dinding gua di Maros, Pangkep, Sulawesi Selatan sudah ditemukan sejak sekitar 10 tahun lalu. Namun ilmuwan dan para peneliti baru merilisnya pada tahun 2014. Pusat Arkeologi Nasional menjelaskan hasil penelitian gabungan antara peneliti Indonesia dan Australia di Maros ini memberikan implikasi sangat besar terhadap pemahaman evolusi manusia. Terutama yang berkaitan dengan pola perilaku manusia di masa lalu itu. Proyek penelitian ini diisi oleh sejumlah arkeolog Australia dan Indonesia yang memiliki portofolio riset gabungan selama puluhan tahun, dan juga diikuti oleh Profesor Mike Morwood dari Pusat Ilmu Pengetahuan Arkeologis University of Wollongong (UOW) Australia, di mana banyak dari anggota tim ilmuwan ini berasal. Hasil pertanggalan terhadap “lukisan dinding gua” pada situs-situs arkeologi di Maros, Sulawesi Selatan, menunjukkan umur yang tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan di Eropa, yaitu minimal sekitar 40 ribu tahun yang lalu. Berdasarkan data yang ada, sejauh ini para arkeolog di dunia beranggapan bahwa lukisan dinding gua muncul pertama kali di Eropa. Hal itu didukung oleh penemuan lukisan sederhana (non-figurative) di situs El Castillo, Spanyol yang berumur sekitar 41 ribu tahun. Sementara di Maros, dalam periode yang hampir sama yaitu 39,9 ribu tahun, manusia Sulawesi sudah melukis secara figuratif yaitu cap tangan dan hewan seperti babi dan anoa.

maros 3

maros 4

Tim ilmuwan menemukan 12 stensil tangan dan dua lukisan figuratif binatang di tujuh situs gua di atas bebatuan kapur di menara bukit kapur di barat daya Sulawesi, dengan gambar tertua (sebuah stensil tangan) berumur setidaknya 40.000 tahun. Arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, Muhammad Ramli mengatakan, di Maros Pangkep, Sulawesi Selatan dari 138 gua yang diteliti sebanyak 93 gua berisi lukisan yang dibuat manusia purba. Lukisan tersebut antara lain lukisan cap tangan manusia, lukisan binatang, ada babirusa, anoa, burung, perahu, juga garis-garis abstrak.

Para peneliti juga mengatakan dalam The Journal Nature, bahwa penemuan di Indonesia itu telah mengubah ide-ide tentang bagaimana manusia pertama kali mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan seni. Ilmuwan Australia dan Indonesia telah menelusuri lapisan pertumbuhan mirip stalaktit yang telah terbentuk lebih dari garis yang diwarnai bentuk tangan manusia. Seniman awal membuatnya dengan menorehkan “cat alami” secara hati-hati di sekitar tangan mereka yang terkatup rapat ke dinding dan langit-langit gua. Lukisan yang berasal dari Bone ini adalah sejenis endemik liar yang kerdil yang hanya ditemukan di Sulawesi. Dimana menurutnya, hewan endemik itu mungkin diburu oleh penduduk sekitarnya. Selain itu, ada pula lukisan dengan bentuk sosok manusia dan gambar binatang berkuku liar yang hanya ditemukan di pulau tersebut.

Beragam jenis flora hidup di kawasan karst ini, di antaranya Bintangur, Beringin, Enau, Nato, dan masih banyak lagi, termasuk flora endemik seperti Kayu Hitam Sulawesi dan Sepang yang biasa digunakan sebagai campuran minuman oleh warga lokal. Fauna endemik juga banyak ditemukan di sini, sebut saja tarsius, luwak, rusa, burung enggang, kalajengking gua, hingga beragam jenis reptil dan amphibi. Selain itu kawasan hutan batu ini menyimpan biota langka dan endemik, diantaranya merupakan satu-satunya di dunia, yakni monyet hitam atau Macaca Maura dan 125 jenis kupu-kupu langka. Ada juga laba-laba gua jenis baru yang memiliki ukuran setelapak besar tangan orang dewasa, ikan guabuta yang transparan, kepiting laba-laba, dan binatang endemik lainnya.

Menurut beberapa ahli, kawasan dengan perpaduan menara karst dan sungai seperti yang ada di kawasan itu, sangat jarang ditemui. Hanya ada di Cina dan di Maros, Sulawesi Selatan Indonesia. Menurut situs UNESCO, baru pada 6 Oktober 2009 lalu Maros-Pangkep resmi terdaftar sebagai calon Warisan Dunia kategori Natural atau alamiah. Maros-Pangkep merepresentasikan kawasan yang bisa dijadikan rujukan penelitian mengenai sejarah bumi, sumber air, ekosistem pesisir, serta biota dan komunitas fauna hingga ribuan tahun ke belakang.

Leave a comment